Inovasi Drone Serat Karbon Bawah Air China Tahan Tekanan hingga 6.000 Meter

.

Perkembangan ini mengikuti kapal selam Titan yang meledah tragis tahun lalu.
(Wikimedia Commons)

Dalam terobosan teknologi drone bawah air, ilmuwan Tiongkok telah mengembangkan lambung serat karbon ultra-kuat yang mampu menahan tekanan hingga kedalaman 19.700 kaki (6.000 meter). Inovasi ini menantang kepercayaan tradisional bahwa serat karbon tidak cocok untuk penggunaan bawah air.


Keunggulan Serat Karbon

Serat karbon memiliki sifat unik seperti ringan, kekuatan tinggi, dan ketahanan terhadap korosi serta kelelahan. Hal ini menjadikannya bahan ideal untuk konstruksi drone bawah air. Dibandingkan dengan bahan tradisional seperti baja paduan dan paduan titanium, serat karbon memiliki keunggulan yang signifikan. Guo Yuqi, seorang insinyur senior yang memimpin penelitian ini, menyoroti bahwa baja dan titanium memiliki kepadatan tinggi yang membatasi kapasitas beban kapal selam laut dalam.

Related

• Teknologi Konverter Stirling untuk Misi Antariksa

• China: Inovasi Elektrolit Padat Pangkas Harga Baterai Solid-State hingga 90%

Mengatasi Tantangan

Pengembangan lambung serat karbon ini dilakukan setelah ledakan tragis kapal selam Titan tahun lalu yang menimbulkan kekhawatiran tentang penggunaan serat karbon dalam aplikasi bawah air. Namun, tim ilmuwan Tiongkok telah melakukan uji laboratorium yang ketat dan membuktikan bahwa lambung serat karbon mereka dapat menahan lebih dari dua kali lipat tekanan yang bisa ditanggung lambung Titan.


Tim ini menggunakan lambung bertekanan serat karbon setebal 3 cm dengan lapisan tahan air 1 mm untuk memberikan perlindungan terhadap kebocoran dan kerusakan. Bagian depan dan belakang lambung dibuat dari bahan paduan titanium T4 untuk menahan tekanan air laut selama naik dan turun, yang memungkinkan toleransi terhadap lebih dari 2.000 siklus bergantian.


Produksi Skala Besar dan Aplikasi

Selain lambung laut dalam, tim Tiongkok juga mengembangkan lambung serat karbon yang lebih tipis untuk drone bawah air berbiaya rendah yang beroperasi di perairan dangkal. Lambung setebal 3 mm dengan diameter 1 meter ini berpotensi merevolusi produksi drone bawah air yang terjangkau untuk berbagai aplikasi.

Baca juga

• Apa itu Dilatasi Waktu?

• Neuralink Siapkan Implantasi Otak Kedua, Elon Musk Cari Sukarelawan Baru

Kemajuan teknologi ini memiliki implikasi yang luas dalam konteks persaingan antara Tiongkok dan Amerika Serikat dalam pengembangan senjata tak berawak. Tiongkok, sebagai produsen serat karbon terkemuka dunia, dapat meningkatkan produksi dan penyebaran drone bawah air yang canggih. Hal ini menambah lapisan kompleksitas dalam ketegangan antara kedua negara, khususnya di kawasan Indo-Pasifik.







Ketika Tiongkok dan Amerika Serikat bersaing untuk dominasi di wilayah ini, pengembangan dan penyebaran drone bawah air yang canggih dapat mengubah keseimbangan kekuatan secara signifikan. Dengan inovasi ini, Tiongkok menunjukkan kemampuan teknologinya yang semakin maju, menantang keunggulan teknologi yang selama ini dipegang oleh Amerika Serikat.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama