![]() |
Ilustrasi pesawat ruang angkasa Voyager 1. (NASA/JPL-Caltech) |
Tim NASA sedang bekerja keras untuk memulihkan komunikasi dengan Voyager 1, pesawat ruang angkasa yang telah menjadi simbol penjelajahan luar angkasa. Sebagai pesawat ruang angkasa aktif terlama kedua dalam sejarah, Voyager 1 telah melintasi lebih dari 24 miliar kilometer (15 miliar mil) dari Bumi, menjadikannya objek buatan manusia yang paling jauh dari planet kita.
Sejak pertengahan November 2023, Voyager 1, yang kini menjelajah ruang antarbintang, mengalami kesulitan dalam mengirimkan data ilmiah ke Bumi. Meskipun masih dapat menerima perintah dari Bumi, Voyager 1 tidak bisa mengirimkan data yang dikumpulkan oleh instrumennya.
Diluncurkan pada tahun 1977, Voyager 1 tidak hanya menjadi pesawat ruang angkasa pertama yang memasuki ruang antarbintang, tetapi juga membuat beberapa penemuan penting, termasuk penemuan bulan-bulan baru di Jupiter, penambahan cincin di Saturnus, serta foto bersejarah yang menunjukkan planet-planet dalam satu frame.
Bruce Wagoner, manajer jaminan misi Voyager, mengungkapkan rasa sedih dan frustrasi karena meskipun pesawat ruang angkasa masih berfungsi, fungsinya terbatas. "Meskipun kita tahu akhir bisa datang kapan saja, kehilangan pesawat ruang angkasa tidak pernah mudah, terutama yang seperti Voyager 1," katanya.
Masalah Pada Sistem Data Penerbangan
Tim insinyur NASA saat ini menghadapi masalah dengan salah satu dari tiga komputer di Voyager 1, yang dikenal sebagai sistem data penerbangan (FDS). Meskipun pesawat ruang angkasa masih menerima perintah, FDS menghadapi masalah dalam berkomunikasi dengan unit modulasi telemetri (TMU). Akibatnya, tidak ada data ilmiah atau teknik yang dapat dikirimkan kembali ke Bumi.
FDS memiliki fungsi penting, termasuk mengumpulkan data dari instrumen ilmiah dan memantau kesehatan pesawat ruang angkasa. Data tersebut dikodekan dalam bentuk biner dan dikirim ke Bumi melalui TMU.
Pada bulan Desember, TMU mulai mengirimkan urutan berulang satu dan nol, menunjukkan kemungkinan kondisi “terjebak”. Setelah mengevaluasi penyebab potensial lainnya, tim Voyager mengidentifikasi FDS sebagai sumber masalah. Upaya telah dilakukan untuk me-reboot FDS dan mengembalikannya ke kondisi normal, tetapi Voyager 1 masih gagal mengirimkan data yang berguna.
Tantangan dalam Penanganan Masalah
Menangani masalah pada Voyager 1 melibatkan merujuk dokumen-dokumen lama yang ditulis beberapa dekade lalu, karena insinyur saat itu tidak memperkirakan tantangan saat ini. Proses ini memakan waktu, karena tim perlu memahami bagaimana perintah baru mempengaruhi operasi pesawat ruang angkasa untuk menghindari konsekuensi yang tidak diinginkan.
Tantangan lainnya adalah waktu tempuh sinyal dari Bumi ke Voyager 1 yang memerlukan 22,5 jam. Ini berarti tim harus menunggu 45 jam untuk menerima tanggapan dari pesawat ruang angkasa, sehingga mereka bisa mengevaluasi efek dari perintah yang diberikan.
“Dalam minggu ini, tim akan mengirimkan lebih banyak perintah untuk mengumpulkan informasi tentang status sistem onboard. Dalam beberapa minggu mendatang, kami berharap untuk memulai upaya lebih agresif untuk mengatur ulang berbagai sistem yang mungkin mempengaruhi FDS,” kata insinyur NASA dalam pernyataan mereka.
Sementara itu, Voyager 2, saudara Voyager 1 yang diluncurkan hanya 16 hari setelahnya, masih berfungsi dengan baik. Voyager 2, yang juga dikelola oleh Jet Propulsion Laboratory NASA di California, terus beroperasi dan berkontribusi pada eksplorasi luar angkasa antarbintang.