China Kembangkan Pemotong Kabel Laut Dalam, Picu Kekhawatiran Global
China mengembangkan teknologi pemotong kabel laut dalam, berpotensi mengancam komunikasi global dan keseimbangan maritim dunia.
![]() |
Ilustrasi perangkat pemotong kabel laut dalam China yang mampu memutus jalur komunikasi bawah laut hingga kedalaman 4.000 meter. (SCMP) |
China baru saja mengungkapkan teknologi pemotong kabel laut dalam yang mampu memutus jalur data dan listrik bawah laut hingga kedalaman 4.000 meter. Perkembangan ini menimbulkan kekhawatiran global karena dapat mengancam infrastruktur komunikasi internasional serta keseimbangan kekuatan maritim dunia.
Menurut laporan South China Morning Post (SCMP), perangkat pemotong ini dirancang untuk dioperasikan oleh kapal selam berawak maupun tak berawak milik China. Teknologi ini memungkinkan pemotongan kabel bawah laut dengan presisi tinggi, termasuk kabel komunikasi internet dan kabel daya yang menghubungkan berbagai negara.
Baca juga:
Sekitar 95% lalu lintas internet dunia ditransmisikan melalui kabel bawah laut. Dengan adanya teknologi pemotong kabel ini, China berpotensi memiliki kemampuan untuk mengganggu komunikasi internasional, terutama di wilayah strategis seperti Pasifik dan Samudra Hindia.
"Ini adalah perkembangan yang mengkhawatirkan bagi infrastruktur komunikasi global. Jika teknologi ini digunakan untuk kepentingan militer atau geopolitik, dampaknya bisa sangat besar," ujar James Patterson, analis pertahanan dari Global Security Institute.
Latar Belakang Pengembangan Teknologi
Pada tahun 2020, insinyur dari Universitas Lishui, Zhejiang, telah mengajukan paten untuk perangkat pemotong kabel bawah laut yang disebut sebagai pemotong kabel tipe seret. Teknologi tersebut diyakini menjadi dasar bagi pengembangan sistem pemotong kabel terbaru yang kini diperkenalkan oleh China.
Baca juga:
Selain itu, insiden terkait pemutusan kabel bawah laut juga telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Pada November 2024, kapal China bernama Yi Peng 3 diduga terlibat dalam pemutusan dua kabel telekomunikasi di Laut Baltik. Insiden tersebut meningkatkan ketegangan antara China dan beberapa negara Eropa, yang menuduh Beijing melakukan sabotase terhadap infrastruktur komunikasi.
China Perkuat Infrastruktur Bawah Laut
Selain pengembangan teknologi pemotong kabel, China juga aktif dalam memperluas infrastruktur bawah lautnya. Pada November 2024, China berhasil membangun sistem pemasangan kabel yang mampu mencapai Challenger Deep di Palung Mariana, titik terdalam di dunia. Sistem bernama Haiwei GD11000 ini dapat memasang kabel hingga kedalaman lebih dari 11.000 meter dan menahan beban kerja lebih dari 15 ton.
Baca juga:
Tak hanya itu, pada Mei 2024, robot laut dalam bernama Taurus menyelesaikan pemasangan kabel dasar laut untuk proyek energi angin lepas pantai di pesisir Kota Zhanjiang, Provinsi Guangdong. Robot ini dapat beroperasi pada kedalaman maksimum 500 meter dan memungkinkan pemasangan kabel tanpa keterlibatan pekerja manusia dalam lingkungan bawah laut yang kompleks.
Dugaan Motif Strategis China
Hingga saat ini, pemerintah China belum memberikan pernyataan resmi mengenai tujuan pengembangan teknologi pemotong kabel ini. Namun, banyak pihak menduga bahwa perangkat tersebut dapat digunakan sebagai alat strategi geopolitik untuk memperkuat pengaruh Beijing di perairan internasional.
Komunitas internasional kini tengah memantau perkembangan lebih lanjut terkait teknologi ini dan potensi dampaknya terhadap keamanan serta stabilitas komunikasi global. Jika teknologi pemotong kabel laut dalam ini digunakan dalam konflik atau ketegangan geopolitik, maka risiko gangguan komunikasi di berbagai belahan dunia bisa meningkat secara signifikan.
Seiring dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap keamanan infrastruktur bawah laut, negara-negara lain mungkin akan memperkuat pengawasan terhadap jalur komunikasi maritim mereka. Dunia kini menunggu langkah berikutnya dari China serta respons komunitas internasional terhadap teknologi yang dapat mengubah lanskap keamanan digital global ini.
Gabung dalam percakapan