Korea Utara Bentuk Unit Peretas Baru untuk Serangan Siber Berbasis AI
Unit baru ini bertugas untuk mengembangkan teknologi peretasan berbasis AI di bawah badan intelijen RGB.
![]() |
Kredit gambar: Kim Jae-Hwan/SOPA Images/LightRocket / Getty Images |
Pemerintah Korea Utara dilaporkan tengah membentuk kelompok peretas baru di dalam badan intelijen utamanya, Biro Umum Pengintaian (Reconnaissance General Bureau/RGB). Menurut laporan dari Daily NK, unit baru yang disebut Pusat Penelitian 227 akan berfokus pada pengembangan teknologi dan program peretasan ofensif.
Sumber internal yang dikutip oleh Daily NK menyebutkan bahwa Pusat Penelitian 227 memiliki beberapa tugas utama, termasuk:
• Meneliti sistem keamanan siber dan jaringan komputer di negara-negara Barat.
• Memperkuat kemampuan rezim dalam mencuri aset digital.
• Mengembangkan teknik berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk mencuri informasi.
• Menanggapi informasi dari unit peretasan asing yang menargetkan Korea Utara.
Unit baru ini kemungkinan akan beroperasi di bawah kendali RGB, yang telah lama dikaitkan dengan berbagai serangan siber global. Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok peretas Korea Utara diketahui menargetkan perusahaan keuangan, bursa kripto, serta lembaga pemerintah di berbagai negara.
Baca juga:
Serangan siber oleh Korea Utara bukanlah hal baru. Beberapa kasus besar yang diduga melibatkan peretas negara ini termasuk:
Peretasan Bybit (2025): Korea Utara dituduh mencuri sekitar $1,4 miliar dari bursa kripto Bybit dalam salah satu pencurian aset digital terbesar yang pernah terjadi.
Lazarus Group: Kelompok peretas yang dikaitkan dengan RGB ini bertanggung jawab atas serangan terhadap perusahaan besar, termasuk Sony Pictures pada 2014 dan berbagai bursa kripto dalam beberapa tahun terakhir.
Serangan terhadap Lembaga Keamanan AS: NSA dan FBI sebelumnya menuduh unit RGB melakukan spioacaaaaaanase siber terhadap Amerika Serikat dan sekutunya.
Pendirian Pusat Penelitian 227 menandai eskalasi baru dalam operasi siber Korea Utara, terutama dengan pemanfaatan AI untuk serangan ofensif. Para ahli memperingatkan bahwa teknologi AI dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas serangan siber, seperti dengan otomatisasi eksploitasi celah keamanan dan pencurian data secara lebih efisien.
Baca juga:
Di tengah meningkatnya ancaman siber dari Korea Utara, berbagai negara telah memperketat keamanan digital mereka. Amerika Serikat, Korea Selatan, dan sekutu lainnya terus meningkatkan pertahanan siber serta bekerja sama dalam upaya untuk menanggulangi ancaman dari kelompok peretas yang disponsori negara seperti RGB.
Dengan semakin canggihnya operasi siber Korea Utara, dunia internasional perlu waspada terhadap potensi serangan di sektor keuangan, teknologi, dan pemerintahan yang dapat merugikan ekonomi global serta keamanan digital secara luas.
Gabung dalam percakapan