PTDI Siap Bergabung dalam Rantai Produksi KF-21 Boramae Setelah 2026
Sementara itu, Korea Aerospace Industries (KAI) telah menandatangani nota kesepahaman dengan perusahaan kedirgantaraan Peru.
![]() |
Jet tempur KF-21 Boramae. (Wikipedia) |
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menegaskan kesiapannya untuk menjadi bagian dari rantai produksi jet tempur generasi 4.5, KF-21 Boramae, setelah tahun 2026. Rencana ini sejalan dengan target produksi massal yang akan dimulai oleh Korea Aerospace Industries (KAI) setelah fase pengembangan prototipe selesai.
Direktur Utama PTDI, Gita Amperiawan, menjelaskan bahwa perusahaan akan berpartisipasi dalam beberapa aspek penting, termasuk:
• Perakitan akhir (final assembly)
• Uji terbang dan sertifikasi
• Perawatan dan perbaikan (Maintenance, Repair, Overhaul/MRO)
Dengan keterlibatan ini, PTDI berharap dapat memperkuat posisi Indonesia dalam industri kedirgantaraan global, sekaligus memastikan manfaat maksimal dari investasi Indonesia dalam proyek KF-21.
Baca juga:
Keterlibatan Negara Lain dalam Produksi KF-21
Selain Indonesia, Peru juga tengah dilirik untuk berpartisipasi dalam produksi suku cadang KF-21. Korea Selatan melalui KAI telah menandatangani nota kesepahaman dengan perusahaan kedirgantaraan Peru, SEMAN, untuk kemungkinan produksi komponen jet tempur ini.Peru sendiri sedang mempertimbangkan berbagai opsi untuk pengadaan 24 jet tempur baru, dengan kandidat meliputi:
• KF-21 Boramae (Korea Selatan)
• F-16V Viper (Lockheed Martin, AS)
• Saab Gripen (Swedia)
• Dassault Rafale (Prancis)
Jika Peru memilih KF-21, negara tersebut bisa menjadi salah satu pengguna asing pertama pesawat ini, menggantikan Indonesia yang awalnya digadang-gadang sebagai mitra utama dalam proyek ini.
Baca juga:
Tantangan dan Prospek bagi Indonesia
Meskipun ada potensi keterlibatan negara lain, PTDI tetap berkomitmen untuk masuk dalam rantai pasok KF-21. Salah satu tantangan utama adalah memastikan bahwa Indonesia tetap mendapatkan bagian signifikan dari produksi dan teknologi yang dikembangkan.Saat ini, PTDI fokus pada penyelesaian fase prototipe KF-21 hingga 2026 dan sedang mempersiapkan diri agar dapat terlibat dalam produksi massal. Jika PTDI berhasil masuk dalam rantai pasok global, peluang ekspor suku cadang dan layanan MRO untuk KF-21 dapat terbuka lebar.
Dengan kesiapan PTDI untuk bergabung dalam produksi KF-21 setelah 2026, Indonesia berpeluang besar untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan teknologi dari proyek ini. Namun, tantangan dari keterlibatan negara lain seperti Peru tetap ada, sehingga diperlukan strategi yang matang agar investasi Indonesia dalam proyek KF-21 tetap menguntungkan.
Gabung dalam percakapan