Reaktor Nuklir dengan Bahan Bakar Garam Cair, Lebih Aman dan Efisien

Reaktor nuklir dengan bahan bakar garam cair. (Core Power)


Di masa depan, energi bersih bukan lagi sekadar impian. Pada pertengahan 2030-an, dunia bisa melihat munculnya armada pembangkit listrik tenaga nuklir terapung (FNPP) yang lebih kecil dan lebih efisien. Teknologi ini memanfaatkan "reaktor garam cair," yang bahan bakarnya berasal dari campuran garam dan uranium oksida yang dilelehkan bersama.

Core Power, perusahaan inovasi nuklir berbasis di Inggris, tengah mengembangkan teknologi ini melalui program Liberty. Dengan produksi massal dari Liberty Project, jaringan FNPP ini diharapkan dapat menghasilkan sekitar 175 GWh listrik bersih per tahun. Ini adalah langkah besar dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang selama lebih dari satu abad telah berkontribusi terhadap pemanasan global.

Alih-alih menggunakan batang uranium-235 seperti reaktor nuklir konvensional, teknologi ini menggunakan garam cair sebagai bahan bakar sekaligus pendingin. Hal ini memiliki beberapa keunggulan. Garam cair memiliki titik didih yang jauh lebih tinggi dibandingkan air, sehingga mengurangi risiko kebocoran atau ledakan akibat tekanan tinggi.  

Dengan memanfaatkan U-235 yang lebih kuat, reaktor ini dapat menghasilkan energi 1,8 juta kali lebih banyak dibandingkan massa diesel yang setara. Teknologi ini juga memungkinkan pengisian ulang bahan bakar tanpa harus mematikan reaktor, meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan operasional.

Menurut Ted Besmann, fisikawan dari Oak Ridge National Laboratory, keunggulan utama reaktor ini terletak pada kestabilan sistem pendinginnya. Dengan tidak bergantung pada air sebagai pendingin, risiko kehilangan pendinginan yang bisa menyebabkan bencana nuklir pun berkurang drastis.

Salah satu daya tarik utama dari FNPP adalah sifatnya yang fleksibel. Dengan membangun reaktor di atas tongkang industri, pembangkit listrik ini bisa ditempatkan di berbagai lokasi tanpa harus menguasai lahan luas di daratan. Ini juga menjadi solusi bagi wilayah terpencil atau negara kepulauan seperti Indonesia, di mana distribusi listrik masih menjadi tantangan.

PLTN terapung dapat ditempatkan di perairan dekat pulau-pulau yang membutuhkan listrik, tanpa perlu membangun infrastruktur mahal di darat. Dengan demikian, teknologi ini berpotensi menjadi solusi bagi kebutuhan listrik di daerah terpencil atau untuk pangkalan militer yang membutuhkan sumber energi andal.

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan kebutuhan energi yang terus meningkat dapat mempertimbangkan teknologi ini sebagai salah satu solusi energi bersih. Dengan wilayah perairan yang luas, PLTN terapung berbasis reaktor garam cair bisa menjadi langkah strategis dalam mewujudkan ketahanan energi nasional.

Meski demikian, tantangan tetap ada. Keberhasilan teknologi ini sangat bergantung pada kesiapan industri nuklir dalam negeri, regulasi yang mendukung, serta penerimaan masyarakat terhadap energi nuklir. Namun, jika diterapkan dengan perencanaan matang, Indonesia bisa menjadi salah satu negara pertama di Asia Tenggara yang mengadopsi teknologi ini untuk masa depan energi yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Dengan berbagai keunggulannya, reaktor garam cair bisa menjadi bagian dari solusi global dalam transisi menuju energi bersih. Saat dunia terus mencari cara untuk mengurangi emisi karbon, inovasi seperti ini bisa menjadi kunci bagi masa depan energi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.


Howdy! How can we help you today?
Type here...