Rusia Serang Infrastruktur Energi Ukraina Tak Lama Setelah Kesepakatan Gencatan Senjata

Perkembangan yang mengkhawatirkan ini terjadi menyusul negosiasi usulan gencatan senjata terkait fasilitas energi.

Presiden AS Donald Trump (kiri); Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan). Foto: IE

Dalam perkembangan diplomatik yang penting, Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan percakapan telepon selama dua jam, menandai komunikasi resmi pertama mereka sejak munculnya usulan gencatan senjata yang dimediasi oleh Arab Saudi.

Pejabat dari kedua negara mengonfirmasi bahwa Rusia telah menyetujui penghentian serangan selama 30 hari terhadap infrastruktur energi di Ukraina. Kesepakatan ini mencakup rencana pembentukan tim negosiasi untuk membahas gencatan senjata yang lebih luas.

Namun, hanya satu jam setelah percakapan tersebut, optimisme berubah menjadi kekhawatiran ketika Rusia melancarkan serangan udara ke Slovyansk, sebuah kota di wilayah Donetsk yang berpenduduk sekitar 100.000 orang.

Serangan Terkini

Laporan dari sumber lokal menunjukkan bahwa sebagian wilayah Slovyansk mengalami pemadaman listrik akibat serangan tersebut. Kontak militer Ukraina mengonfirmasi bahwa fasilitas energi menjadi target utama serangan ini.

Selain itu, Rusia juga melancarkan serangan drone yang menargetkan infrastruktur energi dan dua rumah sakit di wilayah Sumy, yang menyebabkan evakuasi pasien dan staf medis. Di wilayah Dnipropetrovsk, serangan turut menghantam sistem tenaga rel kereta api, meskipun tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.

Sementara itu, kota Kramatorsk juga menghadapi eskalasi kekerasan, dengan laporan mengenai penggunaan bom udara yang menghantam daerah pemukiman. Seorang analis militer, Bohdan Miroshnykov, menyatakan bahwa serangan ini tampaknya sengaja ditujukan untuk melumpuhkan infrastruktur energi di kawasan tersebut.
Baca juga:


Ketidakpastian Gencatan Senjata 

Serangan yang terjadi tak lama setelah pembicaraan damai ini menimbulkan keraguan terhadap komitmen Rusia dalam perjanjian gencatan senjata.

Gedung Putih menegaskan bahwa percakapan antara Trump dan Putin mencakup niat untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi selama 30 hari. Tujuan utama dari kesepakatan ini adalah membuka jalan menuju solusi damai jangka panjang.

Namun, Putin dikabarkan mengajukan sejumlah syarat, termasuk penghentian bantuan militer dan berbagi intelijen oleh negara-negara Barat kepada Ukraina.

Di sisi lain, Rusia menuduh Ukraina melancarkan serangan udara yang menghantam terminal minyak di wilayah selatan Rusia, menyebabkan kebakaran namun tanpa korban luka. Kementerian Pertahanan Rusia juga melaporkan bahwa mereka menghancurkan 57 drone Ukraina semalam, termasuk 35 di wilayah perbatasan Kursk.
Baca juga:


Reaksi Internasional

Tindakan Rusia ini memicu kecaman global. Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius, menuduh Putin “bermain-main” dengan perjanjian gencatan senjata setelah Ukraina melaporkan serangan terhadap warga sipil. Ia menyatakan bahwa serangan terhadap infrastruktur sipil segera setelah panggilan telepon menunjukkan bahwa Putin sedang memainkan strategi politik, dan ia yakin Presiden AS tidak akan tinggal diam lebih lama lagi.

Perwakilan AS, Joe Wilson, juga mengkritik tindakan Rusia, menyatakan bahwa Putin “menghina Presiden Trump” dengan mengingkari janjinya. Ia menekankan bahwa Putin tidak menginginkan perdamaian, melainkan Ukraina.

Harapan Perdamaian atau Strategi Politik?

Percakapan antara Trump dan Putin dipandang sebagai langkah awal menuju stabilitas. Para pemimpin dilaporkan membahas kemungkinan negosiasi lebih lanjut, termasuk gencatan senjata maritim di Laut Hitam.

Sebelumnya, Rusia menolak proposal perdamaian dari AS. Namun, setelah serangkaian sanksi ekonomi dan tarif yang diterapkan Trump, Moskow tampak mulai melunak dengan memberikan persetujuan terhadap gencatan senjata sementara—meskipun tetap dengan syarat tertentu.

Dalam pernyataannya, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengakui adanya “kesepahaman tertentu” antara kedua negara terkait situasi di Ukraina. Namun, ia juga menegaskan bahwa masih ada banyak tantangan dalam normalisasi hubungan bilateral.
Baca juga:
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menanggapi perkembangan ini dengan skeptis. Ia menuduh Rusia berupaya memperpanjang konflik dan memperingatkan bahwa ambisi Moskow tidak akan berhenti hanya di Ukraina.

Zelenskyy juga menyoroti bahwa penghentian bantuan militer dari Barat ke Kyiv merupakan salah satu tuntutan utama Rusia dalam kesepakatan gencatan senjata sementara ini.

Ia pun berencana berbicara dengan Presiden Trump untuk membahas rincian percakapan Trump dengan Putin dan langkah selanjutnya. Zelenskyy menekankan bahwa tindakan Putin bertolak belakang dengan kata-katanya dan menyerukan tekanan lebih lanjut terhadap Rusia.

Perkembangan ini semakin menunjukkan kompleksitas negosiasi damai dan ketidakpastian dalam konflik yang masih berlangsung.

Pilihan Editor