![]() |
Kim Yo Jong. (nknews.org) |
Adik perempuan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, kembali melontarkan kritik tajam terhadap upaya Amerika Serikat dan sekutunya yang menyerukan denuklirisasi penuh di Semenanjung Korea.
Kim Yo Jong menyatakan bahwa harapan negara-negara seperti AS, Korea Selatan, dan Jepang untuk membujuk Korea Utara menghentikan program senjata nuklirnya adalah sesuatu yang “tidak realistis dan tidak akan pernah terjadi”.
Komentar tersebut muncul tak lama setelah ketiga negara itu mengeluarkan pernyataan bersama di sela-sela pertemuan NATO, yang menegaskan kembali komitmen mereka terhadap denuklirisasi Korea Utara secara total.
Dalam pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah KCNA pada Rabu (9/4/2025), Kim Yo Jong menganggap tuntutan tersebut sebagai bentuk penghinaan terhadap kedaulatan negaranya.
Ia menegaskan bahwa permintaan semacam itu hanyalah cerminan dari kegelisahan dan keputusasaan pihak-pihak yang menentangnya.
“Pernyataan tentang penghentian program senjata nuklir kami adalah tindakan permusuhan yang terang-terangan dan mencederai kedaulatan Republik Demokratik Rakyat Korea,” ungkap Kim Yo Jong.
Pernyataan ini menjadi yang kedua dalam sebulan terakhir dari Kim Yo Jong, yang sebelumnya juga mengkritik kehadiran kapal induk AS di pelabuhan Busan, Korea Selatan, serta menuding Presiden AS Donald Trump tetap meneruskan kebijakan permusuhan terhadap Pyongyang, meskipun telah menjabat kembali untuk masa kedua.
Meski Trump sempat menjadi Presiden AS pertama yang bertemu langsung dengan pemimpin Korea Utara pada 2018 dalam rangka menjajaki kesepakatan denuklirisasi, perundingan tersebut gagal mencapai hasil konkret setelah pertemuan di Hanoi pada 2019.
Sejak saat itu, Korea Utara terus memperkuat kemampuan nuklir dan militer mereka sebagai bentuk perlindungan dan simbol kedaulatan nasional. Bahkan, Trump sendiri kini secara terbuka menyebut Korea Utara sebagai “kekuatan nuklir”.
Baca Juga
“Pernyataan tentang penghentian program senjata nuklir kami adalah tindakan permusuhan yang terang-terangan dan mencederai kedaulatan Republik Demokratik Rakyat Korea,” ungkap Kim Yo Jong.
Pernyataan ini menjadi yang kedua dalam sebulan terakhir dari Kim Yo Jong, yang sebelumnya juga mengkritik kehadiran kapal induk AS di pelabuhan Busan, Korea Selatan, serta menuding Presiden AS Donald Trump tetap meneruskan kebijakan permusuhan terhadap Pyongyang, meskipun telah menjabat kembali untuk masa kedua.
Meski Trump sempat menjadi Presiden AS pertama yang bertemu langsung dengan pemimpin Korea Utara pada 2018 dalam rangka menjajaki kesepakatan denuklirisasi, perundingan tersebut gagal mencapai hasil konkret setelah pertemuan di Hanoi pada 2019.
Sejak saat itu, Korea Utara terus memperkuat kemampuan nuklir dan militer mereka sebagai bentuk perlindungan dan simbol kedaulatan nasional. Bahkan, Trump sendiri kini secara terbuka menyebut Korea Utara sebagai “kekuatan nuklir”.