![]() |
Drone pengintai jarak jauh MQ-4C Triton buatan AS. (AFP/LAC MICHAEL GREEN) |
Amerika Serikat kembali memperkuat kehadiran militernya di Asia Timur dengan mengirimkan drone pengintai canggih MQ-4C Triton ke pangkalan militernya di Okinawa, Jepang. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari peningkatan kerja sama pertahanan antara Tokyo dan Washington, di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap aktivitas militer China di wilayah sekitar Taiwan.
Menteri Pertahanan Jepang, Jenderal Nakatani, mengungkapkan bahwa drone tersebut akan digunakan untuk mendukung pengumpulan data intelijen, serta pengawasan dan pengintaian udara dan maritim di sekitar Jepang. “Keamanan regional kini berada dalam kondisi yang semakin mengkhawatirkan,” ujar Nakatani.
Beijing dalam beberapa tahun terakhir diketahui meningkatkan intensitas latihan militer di dekat Taiwan, memicu respons dari negara-negara tetangga termasuk Jepang.
Sebagai negara yang berada di jalur strategis, Jepang merasa perlu meningkatkan kemampuan deteksi dan pengintaian, khususnya menghadapi potensi ancaman yang datang dari udara.
MQ-4C Triton, drone produksi Northrop Grumman, merupakan pesawat tanpa awak berteknologi tinggi dengan jangkauan operasional hingga 13.700 kilometer.
Dengan kemampuan terbang selama lebih dari 24 jam nonstop, drone ini dirancang untuk melakukan misi pengawasan jarak jauh di wilayah maritim yang luas.
Pangkalan militer AS di Okinawa, tempat drone ini akan ditempatkan, merupakan salah satu fasilitas militer terbesar Amerika Serikat di luar negeri. Lebih dari 50 ribu personel militer AS saat ini bertugas di berbagai pangkalan di Jepang, termasuk di Okinawa.
Selain itu, Angkatan Udara Jepang juga dilaporkan telah melakukan sejumlah pencegatan terhadap drone asing yang diduga berasal dari China. Dalam setahun terakhir, sekitar 30 jet tempur dikerahkan untuk menghalau pesawat tak dikenal yang terbang mendekati wilayah udara Jepang.
Dengan penempatan drone MQ-4C Triton, Jepang dan Amerika Serikat berharap dapat memperkuat stabilitas keamanan kawasan, serta menjaga kebebasan navigasi di perairan Asia Timur yang semakin strategis dan rawan konflik.