![]() |
(Foto: AP/Julia Demaree Nikhinson) |
Sejumlah tokoh besar di dunia teknologi yang pernah mendukung kampanye Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kini mengalami penurunan signifikan dalam kekayaan mereka. Ironisnya, penyebab utama kemerosotan tersebut berasal dari kebijakan ekonomi yang diberlakukan oleh Trump sendiri, khususnya kebijakan tarif balasan terhadap beberapa negara.
Penurunan tajam ini terjadi dalam tiga bulan pertama masa jabatan Trump dan berdampak pada beberapa nama besar seperti Elon Musk, Mark Zuckerberg, Tim Cook, Sundar Pichai, hingga Jeff Bezos.
Dilansir dari CCN Business, Kamis (10/4/2025), kekayaan Elon Musk menjadi yang paling tergerus. Berdasarkan data Bloomberg Billionaires Index, kekayaan pendiri Tesla ini menyusut hingga US$ 143 miliar atau sekitar Rp 2.408 triliun (dengan kurs Rp 16.805 per dolar AS).
Penyebab utamanya adalah turunnya harga saham Tesla sebesar 28%, sehingga nilai kapitalisasi pasarnya menyusut sekitar US$ 376,6 miliar atau Rp 6.343 triliun.
Baca Juga
Mark Zuckerberg, CEO Meta, juga mengalami penyusutan kekayaan sekitar US$ 26,5 miliar atau Rp 446 triliun sejak awal 2025. Saham Meta sendiri turun sekitar 2,25%, menyebabkan valuasi perusahaan menurun sebesar US$ 35,8 miliar atau Rp 795 triliun.
Pendiri Amazon, Jeff Bezos, tak luput dari dampak ini. Kekayaannya dilaporkan turun sebesar US$ 47,2 miliar atau setara Rp 792 triliun. Penurunan harga saham Amazon sebesar 13% sejak awal tahun menyebabkan valuasi perusahaan juga anjlok hingga US$ 316,8 miliar atau Rp 5.336 triliun.
Sementara itu, CEO Google, Sundar Pichai, sempat mengunjungi Mar-a-Lago dan memberikan donasi sebesar US$ 1 juta untuk dana pelantikan Trump. Namun, saham induk perusahaan Google turun 16,2% sepanjang tahun ini, dengan penurunan nilai perusahaan mencapai US$ 386,7 miliar atau Rp 6.513 triliun.
CEO Apple, Tim Cook, juga menjadi salah satu donatur pribadi dalam acara pelantikan Trump dan sempat bertemu langsung dengan sang Presiden terpilih.
Meskipun Apple sempat mengumumkan investasi besar di dalam negeri senilai US$ 500 miliar selama empat tahun, kebijakan tarif terhadap produk luar negeri berdampak pada rantai pasok Apple di Tiongkok, India, dan Vietnam. Akibatnya, saham Apple turun 18,5% dan nilai perusahaan menyusut sekitar US$ 684 miliar atau Rp 11.521 triliun.