![]() |
Ilistrasi bendera AS dan China. (REUTERS) |
Hubungan antara dua raksasa ekonomi dunia kembali diuji. Pemerintah China baru-baru ini mengeluarkan travel warning atau peringatan perjalanan ke Amerika Serikat di tengah eskalasi ketegangan dagang yang semakin tajam. Langkah ini menandai babak baru dalam konflik tarif antara Beijing dan Washington, yang tidak hanya berdampak pada perekonomian kedua negara, tetapi juga pada stabilitas perdagangan global.
Dalam pengumuman yang disampaikan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China, disebutkan bahwa situasi hubungan ekonomi dan keamanan dengan AS saat ini mengalami "kemerosotan".
Peringatan itu juga menyarankan agar para pelancong asal China mempertimbangkan kembali rencana perjalanan mereka dan tetap waspada terhadap potensi risiko yang ada.
Pernyataan ini muncul di hari yang sama ketika Washington dan Beijing saling memberlakukan tarif baru terhadap produk masing-masing. Presiden Trump diketahui menangguhkan tarif untuk sejumlah negara selama 90 hari, namun pengecualian diberikan terhadap China, yang justru menghadapi kenaikan tarif hingga 125%. Sebagai respons, Beijing menaikkan tarif atas barang-barang dari AS sebesar 84%.
Sementara itu, Uni Eropa juga menyatakan akan melanjutkan kebijakan tarif balasan terhadap AS, menyusul tarif impor baja dan aluminium yang diterapkan oleh Washington. Meski begitu, hingga kini belum ada tanggapan resmi dari Brussels terkait rencana Trump memberlakukan tarif baru sebesar 20% terhadap seluruh produk impor dari Eropa.
Lewat akun media sosialnya, Trump menegaskan bahwa praktik perdagangan yang merugikan AS "tidak dapat dibiarkan berlanjut". Ia juga berharap China segera menyadari bahwa strategi tersebut tidak lagi bisa diterima oleh komunitas global.
Sebagai tanggapan diplomatik, pemerintah China telah mengajukan keluhan resmi ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Dalam pernyataannya kepada Reuters, perwakilan China menyampaikan keprihatinan mendalam dan menuduh AS melanggar aturan perdagangan internasional.
China juga mendorong WTO untuk segera melakukan penyelidikan terhadap dampak global dari kebijakan tarif ini. Menurut Beijing, langkah-langkah resiprokal seperti tarif balasan bukan solusi jangka panjang dan justru dapat berdampak negatif pada perekonomian Amerika Serikat sendiri.