![]() |
Jet tempur generasi kelima Turki, KAAN. (Tangkap Layar YouTube.com/TRT World) |
Indonesia dan Turki terus memperkuat kerja sama strategis di bidang pertahanan melalui berbagai inisiatif yang mencerminkan komitmen kedua negara untuk meningkatkan kapabilitas militer dan kemandirian industri pertahanan. Salah satu langkah penting adalah pernyataan minat Indonesia untuk bergabung dalam proyek jet tempur generasi kelima KAAN yang dikembangkan oleh Turki.
Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan niat tersebut saat berkunjung ke Ankara untuk bertemu dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Jet tempur KAAN merupakan bagian dari proyek TF-X yang dimulai sejak 2016 dan menjadi simbol kemandirian Turki dalam pengembangan teknologi militer. Pesawat ini diperkenalkan pada 2023 dan telah melakukan uji terbang pertama pada awal 2024.
Produksi serialnya direncanakan dimulai pada 2028, dengan dilengkapi teknologi mutakhir seperti kecerdasan buatan dan kemampuan serangan presisi dalam kecepatan supersonik.
Dalam kunjungan tersebut, Prabowo juga menyampaikan ketertarikan Indonesia untuk menjajaki kerja sama pengembangan kapal selam dan memperluas kolaborasi pertahanan secara menyeluruh dengan Turki.
Salah satu hasil konkret dari pertemuan ini adalah kesepakatan antara perusahaan pertahanan Turki, Baykar, dan perusahaan Indonesia, Republikorp, untuk membangun fasilitas produksi drone di Indonesia.
Fasilitas ini akan digunakan untuk memproduksi drone tempur Bayraktar TB3 dan Akinci, yang akan memperkuat kemampuan pertahanan udara Indonesia. Indonesia akan menerima 60 unit Bayraktar TB3 dan 9 unit Akinci, dengan kemungkinan total produksi mencapai 240 unit TB3 dan 36 unit Akinci.
Kerja sama pertahanan antara kedua negara sebenarnya telah terjalin sejak 2010 dan terus berkembang melalui berbagai proyek strategis. Pada 2023, Indonesia melakukan pembelian drone senilai 300 juta dolar AS dari Turki.
Selain Baykar, Indonesia juga menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan besar Turki di bidang pertahanan seperti Roketsan yang bergerak di bidang sistem rudal, Aselsan yang fokus pada elektronik dan komunikasi militer, serta Havelsan yang mengembangkan sistem komando dan kontrol. Kolaborasi ini mencakup transfer teknologi, pelatihan, dan produksi bersama untuk memperkuat industri pertahanan dalam negeri.
Kedua negara juga menandatangani sejumlah perjanjian kerja sama lain yang mencakup bidang media, budaya, manajemen bencana, pendidikan militer, intelijen, dan kontra terorisme.
Sebagai bentuk komitmen jangka panjang, Kementerian Pertahanan RI dan Kementerian Pertahanan Nasional Turki telah menyepakati Rencana Aksi Kerja Sama Pertahanan dan Militer untuk periode 2023–2025.
Rencana tersebut mencakup 49 program aksi, terdiri dari 12 program di bidang kerja sama militer dan 37 program di bidang industri pertahanan.
Semua langkah ini menunjukkan tekad Indonesia dan Turki untuk memperkuat posisi strategis mereka di kawasan, serta mengembangkan industri pertahanan nasional secara mandiri, berkelanjutan, dan kompetitif di kancah global.