Prototipe Kelima KF-21 Tertahan di Korsel Akibat Keterlambatan Pembayaran Indonesia
![]() |
Jet tempur KF-21 yang dikembangkan bersama oleh Korea Selatan dan Indonesia. (dooyeolChoiMusictravel via Creative Commons) |
Prototipe kelima dari jet tempur canggih KF-21 Boramae yang awalnya dijadwalkan untuk dikirim ke Indonesia kini tetap berada di Korea Selatan, sebuah perkembangan yang mengejutkan dunia penerbangan militer.
Menurut unggahan dari @fly_chan97, yang mengaku sebagai mantan fotografer Angkatan Udara Korea Selatan, keputusan ini disebabkan oleh keterlambatan pembayaran dari Indonesia. Selain itu, ketegangan dalam kerja sama kedua negara dalam proyek yang bertujuan merombak angkatan udara mereka juga turut berperan.
Pada awal tahun 2025, Indonesia baru membayar sebagian kecil dari komitmen biaya yang mereka janjikan, yakni 20 persen dari total biaya pengembangan yang mencapai USD 8,8 miliar. Hal ini mengakibatkan prototipe kelima, yang dikenal sebagai KF-21 005, tetap berada di Korea Selatan, memberi keuntungan signifikan bagi negara tersebut. Dengan prototipe yang masih berada di tangannya, Korea Selatan dapat melanjutkan program pengujian jet tempur ini, termasuk uji pengisian bahan bakar udara yang penting bagi ketahanan operasional pesawat.
KF-21 Boramae, jet tempur yang dirancang untuk mengisi celah antara pesawat generasi keempat dan kelima, merupakan pencapaian besar bagi Korea Selatan dalam teknologi militer. Dikenalkan pertama kali pada April 2021 dan melakukan penerbangan pertamanya pada Juli 2022, pesawat ini dirancang untuk menggantikan armada tua Korea Selatan, seperti F-4 Phantom dan F-5 Tiger. Pesawat ini juga diharapkan menjadi alternatif modern bagi Indonesia dalam menggantikan Sukhoi Rusia dan F-16 AS yang sudah usang.
Program pengembangan pesawat ini dimulai dengan kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan sejak 2010, dengan Indonesia berjanji untuk menanggung sebagian biaya pengembangan dan memperoleh hak teknologi, produksi, serta prototipe untuk pengujian mereka sendiri. Namun, dengan keterlambatan pembayaran, Indonesia kehilangan kesempatan untuk menguji prototipe kelima serta membangun keahlian industri kedirgantaraan dalam negeri.
Selain itu, KF-21 juga mencatatkan perkembangan penting dalam pengujian, termasuk uji coba pengisian bahan bakar udara yang dilakukan pada Maret 2024 dengan menggunakan tanker KC-330 Korea Selatan. Pengujian ini memperluas jangkauan dan daya tahan jet tempur, yang penting mengingat ancaman yang ada di kawasan, khususnya dari Korea Utara.
Bagi Indonesia, kerugian yang dihadapi bukan hanya terbatas pada hilangnya prototipe untuk pengujian, tetapi juga kesempatan untuk membangun kemampuan industri pertahanan dalam negeri. Sementara itu, Korea Selatan, dengan tetap mengendalikan prototipe tersebut, memperoleh lebih banyak data dan pengalaman dalam menyempurnakan avionik dan mengeksplorasi varian yang lebih canggih, seperti KF-21EX yang direncanakan, yang dapat dilengkapi dengan ruang senjata internal untuk meningkatkan kemampuan siluman.
KF-21 sendiri merupakan jet tempur yang menggabungkan keterjangkauan dengan teknologi canggih, meskipun tidak sepenuhnya siluman seperti F-35, pesawat ini memiliki desain yang mengurangi penampang radar dan dilengkapi dengan sensor modern, menempatkannya dalam kategori generasi 4,5, yang sebanding dengan pesawat seperti Rafale atau Eurofighter Typhoon.
Korea Selatan berencana untuk mengoperasikan 120 KF-21 pada tahun 2032, dengan 20 unit pertama dijadwalkan beroperasi pada 2026, menjadikannya pilihan yang menarik bagi negara-negara yang mencari pesawat tempur modern dengan harga yang lebih terjangkau, sekitar USD 65 juta per unit.
Gabung dalam percakapan