![]() |
(Manuel Augusto Moreno/Moment via Getty Images) |
Deutsche Bank, institusi keuangan terbesar di Jerman, menyampaikan kekhawatiran atas potensi memburuknya kepercayaan global terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Peringatan ini muncul setelah pengumuman kebijakan tarif impor baru dari Presiden AS saat itu, Donald Trump, yang mengguncang pasar keuangan dan memicu kekhawatiran akan pecahnya perang dagang global.
Dalam laporan yang ditujukan kepada para klien dan dikutip oleh sejumlah media, George Saravelosbkepala riset valuta asing global di Deutsche Banknmengungkapkan bahwa perubahan besar dalam aliran modal bisa menyebabkan gangguan serius pada pasar mata uang dunia.
Ia menyebutkan bahwa dinamika pergerakan mata uang mungkin akan didorong lebih oleh sentimen arus modal ketimbang oleh fundamental ekonomi.
Pekan ini, dolar AS tercatat mengalami penurunan tajam terhadap beberapa mata uang utama. Terhadap euro dan yen Jepang, nilai tukarnya merosot lebih dari 1,5%, sementara terhadap pound Inggris turun lebih dari 1%.
Koreksi ini terjadi menyusul kebijakan tarif impor yang diterapkan AS, dengan besaran antara 10% hingga 50% untuk berbagai jenis barang dari puluhan negara.
Kebijakan ini mendorong para investor mencari perlindungan ke aset-aset yang dianggap lebih aman, seperti emas, obligasi pemerintah Jerman (bund), dan franc Swiss.
Saravelos memperingatkan bahwa penurunan kepercayaan yang berkepanjangan terhadap dolar bisa menimbulkan dampak luas, khususnya bagi kawasan euro. Menurutnya, penguatan tajam euro akibat ketidakpastian dolar dapat memberikan tekanan disinflasi yang tidak diinginkan oleh Bank Sentral Eropa (ECB).
ECB sendiri telah menyatakan keprihatinannya terhadap langkah perdagangan proteksionis yang diambil AS, karena berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi global, mengubah ekspektasi inflasi, dan memaksa perubahan kebijakan moneter lebih cepat dari yang direncanakan.
Dampak dari kebijakan tarif tersebut dirasakan secara instan. Bursa saham di berbagai negara mengalami penurunan, harga minyak turun, dan imbal hasil obligasi menurun, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap perlambatan ekonomi. Sementara itu, permintaan terhadap aset safe haven meningkat signifikan.
Selain Deutsche Bank, beberapa lembaga keuangan lainnya seperti JPMorgan dan Fitch juga menyampaikan analisis serupa. Mereka memperkirakan bahwa kebijakan tarif tersebut bisa memangkas pertumbuhan ekonomi AS hingga 1,5% dan bahkan mendorong negara-negara besar lain ke ambang resesi.