Rapat China-Jepang Bahas Nasib Seafood Usai Insiden Fukushima

.

Foto udara yang menunjukkan area fasilitas nuklir Fukushima Daiichi di Kota Okuma, Jepang. (REUTERS/KYODO)

Pemerintah China dan Jepang kembali mengadakan pembicaraan teknis secara daring untuk membahas kelanjutan impor produk makanan laut dari Jepang. Pertemuan ini merupakan kelanjutan dari dialog yang sebelumnya berlangsung di Beijing pada Maret lalu, sebagai bagian dari upaya pemulihan hubungan dagang pascainsiden pelepasan air radioaktif dari fasilitas nuklir Fukushima Daiichi ke laut.


Fasilitas nuklir Fukushima Daiichi, yang telah berhenti beroperasi, menjadi sorotan internasional sejak pemerintah Jepang memulai pelepasan air olahan ke laut pada 2023. 

Langkah ini menuai kekhawatiran, terutama dari China, yang kemudian memberlakukan larangan impor makanan laut dari Jepang.

Namun, kedua negara mulai menunjukkan tanda-tanda normalisasi hubungan dagang. Pada September 2024, Tokyo dan Beijing sepakat untuk membuka kembali jalur impor makanan laut secara bertahap, dengan syarat bahwa China ikut serta dalam proses pemantauan di bawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, China telah mengirim tim untuk mengambil sampel air laut di sekitar area fasilitas Fukushima pada Oktober dan Februari lalu. 

Hasil pemantauan yang dilakukan dalam kerangka kerja IAEA menunjukkan tidak adanya peningkatan kadar zat radioaktif di luar batas normal.

Meski begitu, pihak Bea Cukai China menekankan bahwa pembicaraan teknis yang sedang berlangsung belum bisa dijadikan dasar untuk menyimpulkan dimulainya kembali impor produk makanan laut Jepang dalam waktu dekat. 

Proses pemulihan hubungan dagang ini masih memerlukan evaluasi berkelanjutan dan jaminan keamanan pangan secara menyeluruh.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama