Taiwan mengincar tarif nol terhadap AS, janjikan lebih banyak investasi

Taiwan ajukan tarif nol ke AS, fokus hilangkan hambatan dagang dan dorong investasi di tengah tekanan tarif baru.

Anak-anak melihat area tersebut dari titik pengamatan di atas derek dan kontainer di Pelabuhan Keelung, Taiwan, 3 April 2025. (REUTERS/Ann Wang)


Presiden Taiwan Lai Ching-te pada Minggu menyampaikan kesiapan untuk memulai pembicaraan perdagangan dengan Amerika Serikat dengan pendekatan "tarif nol". Ia menegaskan bahwa Taiwan tidak akan membalas kebijakan tarif yang baru-baru ini diumumkan AS, melainkan akan fokus pada penghapusan hambatan dagang demi memperkuat hubungan ekonomi kedua negara.

Kebijakan ini diungkapkan beberapa hari setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif impor besar-besaran, termasuk bea masuk sebesar 32% bagi berbagai produk Taiwan. Meski begitu, ekspor utama Taiwan seperti semikonduktor tidak terdampak oleh kebijakan baru tersebut.

Dalam pernyataan video yang dirilis setelah pertemuan dengan pelaku industri kecil dan menengah, Lai mengakui bahwa ekonomi Taiwan yang bergantung pada perdagangan akan terpengaruh, namun ia optimistis dampaknya bisa diminimalkan. 

Ia menyebutkan bahwa pendekatan tarif nol bisa meniru model perjanjian perdagangan bebas seperti antara AS, Kanada, dan Meksiko.

Lai menegaskan bahwa Taiwan tidak memiliki rencana untuk menerapkan pembalasan dagang. Perusahaan Taiwan juga akan tetap melanjutkan rencana investasinya di AS, selama itu sejalan dengan kepentingan nasional.  

Salah satu contohnya, TSMC—raksasa manufaktur chip dunia—telah mengumumkan investasi tambahan senilai $100 miliar di Amerika.

Selain semikonduktor, Lai juga menyebut sektor elektronik, teknologi informasi dan komunikasi, petrokimia, serta gas alam sebagai bidang yang berpotensi memperluas investasi di AS dan mempererat kerja sama industri antara kedua negara.

Pemerintah Taiwan juga tengah mengevaluasi rencana pembelian produk pertanian, industri, dan energi dalam skala besar dari AS. Di sisi lain, Kementerian Pertahanan telah mengajukan pengadaan senjata sebagai bagian dari kerja sama strategis kedua negara.

Lai menekankan bahwa Taiwan akan aktif menghapus hambatan perdagangan non-tarif yang selama ini menjadi kendala dalam hubungan dagang, sebagai bagian dari upaya memperlancar negosiasi ke depan.

AS, meskipun tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan, tetap menjadi mitra penting baik dalam dukungan internasional maupun dalam sektor pertahanan. 

Langkah ini diambil di tengah meningkatnya tekanan militer dan diplomatik dari Tiongkok, yang menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya.

Presiden Lai menutup dengan keyakinan bahwa Taiwan, yang telah berhasil melewati berbagai krisis global sebelumnya, akan mampu memanfaatkan tantangan ini sebagai peluang untuk membangun perekonomian yang lebih tangguh dan berdaya saing.

Pilihan Editor