![]() |
Kredit Gambar: Tesla |
Tesla Inc. baru-baru ini memutuskan untuk menghentikan penerimaan pesanan untuk sedan Model S dan kendaraan sport utility vehicle (SUV) Model X di China. Keputusan ini terjadi setelah kedua negara, China dan Amerika Serikat (AS), saling menaikkan tarif dalam ketegangan perdagangan yang semakin memanas. Kedua model tersebut, yang diproduksi di Amerika Serikat, telah terpengaruh oleh tarif impor yang kini lebih tinggi.
Menurut arsip tangkapan layar dari situs web China yang diakses melalui Wayback Machine, Tesla awalnya membuka opsi pemesanan untuk Model S dan Model X pada akhir Maret 2025.
Namun, pada hari ini, pilihan untuk memesan kedua kendaraan tersebut telah dihapus meskipun stok masih tersedia, termasuk Model S berwarna putih yang terdaftar dengan harga 759.900 yuan atau sekitar US$ 103.800.
Pemerintah China baru-baru ini mengumumkan bahwa tarif impor untuk barang-barang asal AS akan meningkat menjadi 125% mulai 12 April 2025. Keputusan ini merupakan balasan terhadap tarif yang diberlakukan oleh Presiden AS, Donald Trump, yang dirancang untuk mengatasi defisit perdagangan dengan China dan memberikan tekanan pada negara tersebut terkait kebijakan perdagangan.
Tarif yang dikenakan oleh AS terhadap produk China juga mengalami peningkatan. Awalnya, tarif sebesar 20% diberlakukan terkait dengan peran China dalam perdagangan fentanil. Kini, tarif AS terhadap China diperkirakan akan mencapai 145%.
Hingga saat ini, perwakilan Tesla di China belum memberikan tanggapan terkait perubahan yang terjadi di situs web mereka. Sebagai dampaknya, saham Tesla tercatat turun sebanyak 2,6% sebelum dimulainya perdagangan reguler.
Di Wall Street, salah satu analis yang sebelumnya optimistis terhadap saham Tesla, baru-baru ini menurunkan target harga sahamnya, menambah kekhawatiran akan dampak yang ditimbulkan oleh ketegangan perdagangan antara Washington dan Beijing.
Pada tahun lalu, China menyumbang lebih dari seperlima pendapatan Tesla, dan pabrik Tesla di Shanghai hanya memproduksi Model 3 dan Model Y, yang sebagian besar dijual di China atau diekspor ke negara-negara Asia lainnya. Sebaliknya, Model S dan Model X diproduksi di Fremont, California, AS.
Meskipun penurunan pesanan untuk Model S dan Model X tidak akan memberikan dampak besar terhadap penjualan Tesla di China, hal ini tetap dianggap sebagai kemunduran dalam posisi perusahaan di pasar otomotif terbesar di dunia.
Produksi dari pabrik Tesla di Shanghai sendiri telah mengalami penurunan selama enam bulan berturut-turut, dengan pengiriman turun sebesar 22% pada kuartal pertama 2025.
Salah satu pesaing terbesar Tesla di China adalah BYD Co., yang kini menjadi merek mobil terlaris nomor satu di negara tersebut. Selain itu, pengiriman global Tesla mengalami penurunan pada kuartal pertama 2025, yang tercatat sebagai yang terendah sejak tahun 2022.
Penurunan ini sebagian terkait dengan reaksi internasional terhadap keterlibatan CEO Tesla, Elon Musk, dalam berbagai isu politik global.